Cara Optimasi SEO On Page (Teknik & Contoh Lengkap)

Rangkuman aja ini mah. Saya tulis catatan tentang cara optimasi SEO on page dalam bentuk tutorial. Saya coba tulis selengkap mungkin, tentunya sebatas versi saya aja.

Disclaimer: Ini hanya sekedar cara saya saja dan ngga ada trik. Standar doangan. Bukan murni hasil sendiri, hasil copas-comot-praktek dari berbagai sumber lain.

cara optimasi seo onpage

Apa itu SEO On Page?

SEO On Page adalah proses optimasi artikel dan hal teknis dalam website agar lebih ramah di mata search engine (mesin pencari) dan visitor, sehingga lebih mudah meranking dan mendapatkan trafik.

Apa manfaat SEO On Page?

  • Website dengan On Page SEO yang teroptimasi baik, akan lebih mudah ngeranking di mesin pencarian Google.
  • Kepuasan visitor lebih terjaga. Mereka bisa mendapatkan informasi yang diperlukan tanpa ribet.
  • Secara jangka panjang, bisa menghemat biaya optimasi SEO Off Page nantinya.

Saya pikir mah optimasi onpage salah satu fondasi dasar yang wajib buat diperhatikan. Selain itu cukup mudah dilakukan. Kita punya full control terhadap hal yang mau di optimasi.

Kalau on page udah bagus, saat masuk ke optimasi off page hasil yang ditargetkan biasanya lebih mudah tercapai.

Bagaimana cara menggunakan tutorial ini?

Di tutorial ini, saya tuliskan garis besar semua hal seputar optimasi On Page. Saya ngga menuliskan berdasarkan prioritas. Jadi rekan-rekan bebas mau pakai yang mana aja juga.

Artikel ini panjang dan pabaliut kalau kata orang Garut mah. Saya tuliskan beberapa teknik penerapan SEO On Page yang saya pikir high impact, berpengaruh cukup besar ke website kita di bagian khusus. Ntar tinggal cek aja ke pembahasannya.

Rekan-rekan bisa baca random aja point yang lainnya mah. Lihat contoh seo on page yang tersedia, dan ambil yang dirasa berguna.

Btw, dalam pandangan saya, optimasi on page seo rada nyerempet juga ke hal teknis (technical seo). Jadi ada sebagian hal yang terbilang teknis juga disini.

Mungkin ini bagi sebagian blogger dianggap ngga pas, diluar topik. Tapi ya ga masalah sih, saya iseng masukin aja…wkwkk

[TL:DR] Teknik Optimasi On Page yang High Impact

Dari sekian banyak cara optimasi on page yang biasa saya lakuin di artikel ini, mana yang efeknya paling cepat terasa? Mana yang terasa cukup besar?

Ada beberapa yang saya pikir mah, bisa rekan-rekan utamakan:

  1. Internal link
  2. Rich snippet
  3. table of content
  4. fresh content
  5. optimasi struktur heading
  6. optimasi topik dan keyword dalam artikel

Sejauh yang saya rasakan, enam hal di atas bisa secara cepat memberikan efek positif ke artikel kita. Bisa berupa kenaikan ranking, penambahan trafik, atau keduanya sekaligus.

Sisa yang lainnya, bisa mendukung dan jadi fondasi ke website kita. Secara tidak langsung ntar bisa mendukung kenaikan trafik dan ranking juga.

Untuk penjelasan selengkapnya, bisa di cek aja teknik SEO On Page beserta contoh di bawah ini.

Gunakan nama Domain yang sesuai

Nama domain yang digunakan bisa berupa:

  1. Brand domain (detik.com, kompas.com, mashable.com, dll).
  2. Partial match domain. Berupa sebagian keyword ditambah kata lain (wisataunik101.com, denahrumahkami.com, dll)
  3. Exact match domain. Domainnya menggunakan keyword (pesanhotel.com, wisataalam.com, androidterbaik.com, dll)

Pilih mana? Bebas sesuai selera aja sih.

Partial match dan exact match domain terkadang lebih mudah naik di SERP. Cuma saat optimasi offpage rada mudah kena over optimasi juga tanpa sengaja. Ini karena anchor text yang mengarah ke homepage cenderung menggunakan kata kunci yang di target.

Saya lebih menyarankan untuk menggunakan brand domain, atau partial match domain saja. Gunakan nama domain yang enak, mudah di ingat, unik, dan gampang untuk diketik.

Sebisa mungkin hindari hal berikut ini

  • Menggunakan karakter unik seperti strip ( – ) di dalam nama domain.
  • Hindari angka dalam domain, jika emang tidak begitu perlu.
  • Hindari juga nama domain yang terlalu panjang. Ngga kayak gini juga.

Kecepatan loading website bagus

Intinya semakin cepat loading website, semakin bagus. Gunakan theme yang ngga berat. Jika anda menggunakan wordpress, gunakan plugin seperlunya saja.

Manfaatkan plugin cache semacam Fastest cache, Supercache, dll. Jika perlu, gunakan CDN.

Faktor hosting juga cukup berperan penting. Pilih hosting yang bagus.

Kalau perlu, sekalian saja pakai vps semacam Vultr. Sekarang udah lebih terjangkau juga harganya. Ngga jauh dari harga shared hosting.

Silahkan cek kecepatan website masing-masing di link dibawah ini.

Cek pada halaman artikel aja ya, karena kemungkinan besar visitor datang dari search engine menuju ke halaman artikel, bukan homepage.

Gunakan responsive Theme yang bagus (SEO Friendly)

Pastikan menggunakan theme yang responsive dan mobile friendly. Trend sekarang di banyak niche, pengguna internet dari smartphone terus meningkat.

Blog-blog yang saya kelola 60%-80% visitor datang dari smartphone. Sayang kan kalau web kita ngga di optimasi untuk ini.

Bisa cek mobile friendly via google: https://search.google.com/test/mobile-friendly

Theme wordpress yang bagus disini lebih ke ramah di mesin pencari. Intinya mah SEO friendly gitulah.

Theme yang bagus, idealnya mencakup hal seperti ini:

  • Ngga berat. Kualitas coding bagus.
  • Punya basic struktur dan fitur yang bagus. Misal penggunaan H1 dalam title artikel, font bawaan enak dibaca, dll.
  • Ada update secara berkala.
  • Support bagus.

Theme yang bagus secara visual dan fitur lengkap emang banyak sih. Tapi, banyak juga yang dari segi SEO mah ngga mendukung (kurang bagus).

Ini biasanya hasil dari developer theme yang kurang ngerti tentang SEO.

Kekurangan yang sering ada misalnya aja :

  • Tidak terdapat heading H1 dalam artikel secara default.
  • Menggunakan tag heading untuk styling visual, bukan untuk struktur webnya.
  • Code bloated theme. Kasarnya mah segala macem dimasukin demi fitur, tanpa optimasi yang jelas.
  • dll.

Theme Wordpress yang sering saya gunakan adalah Generatepress. Ringan, mudah di edit juga.

Gunakan Font, styling, warna, dan format artikel yang ramah di mata

Ini lebih untuk kenyamanan visitor aja sih. Gunakan font yang jelas di HP dan desktop dengan ukuran yang pas. Biasanya, ukuran minimal font artikel sekarang antara 16-18 px (body artikel).

Kita bisa gunakan Google font (biasanya udah tersedia di theme yang digunakan). Kalau mau lebih ringan, bisa setting untuk menggunakan system font; font yang digunakan oleh device visitor (HP, PC, dll). Biasanya, setting ini juga ada di theme wordpress sekarang.

Gunakan juga style text seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold), untuk menekankan istilah atau frase tertentu yang dirasa penting.

Gunakan Sitemap xml

Jika belum, saya sarankan untuk gunakan sitemap xml pada web anda. Masukin juga ke Google search console.

Ini bisa mempermudah proses indexing artikel di website kita. Terutama jika web kita masih baru dan belum banyak mendapatkan backlink.

Sitemap xml biasanya sudah tersedia di plugin SEO yang digunakan.

Alternatifnya, anda bisa gunakan aja sitemap xml default bawaan dari wordpress. Sekarang wordpress udah ada fitur sitemap xml langsung. Bisa anda cek di url wp-sitemap.xml (contohnya : dadangoray.info/wp-sitemap.xml).

Rule utama dalam sitemaps xml ; di sitemap xml hanya terdapat url artikel, page, atau bagian lain yang ingin anda masukan ke index google.

Ini untuk optimasi crawling oleh bot ntar, terutama jika web anda punya bejibun artikel.

Aktifkan Robots.txt

File Robots.txt digunakan untuk mengatur bot crawler yang masuk ke website kita, serta mengatur bagian dan jenis file yang bisa di index oleh search engine.

Ini rada butuh perhatian lebih sih kalau anda berniat edit robots txt. Kesalahan dalam edit file ini bisa menyebabkan website anda tidak terindex oleh search engine.

Hal paling mudah mah, gunakan setting default robots.txt bawaan wordpress aja. Lalu tambahkan url sitemap dengan Sitemap: domainanda.com/sitemap-anda.xml pada akhir robots txt.

Ini untuk mempermudah indexing artikel oleh bot search engine ntar.

Anda juga bisa testing hal apa aja yang di atur oleh robots txt di halaman robots testing tools di Google webmaster. Tapi, website anda harus didaftarin terlebih dulu di Google search console.

halaman robots testing tools di google webmaster

Di sana anda bisa testing berdasarkan bot juga.

Jika udah lebih mengerti tentang robots txt, ntar bisa bebas edit sesuai keinginan. Pastikan ntar di testing dulu di halaman test di atas.

Ini robots txt yang saya pasang di blog ini.

contoh robots txt

Gunakan HTTPS di website

HTTPS (Hypertext Transfer Protocol Secure) adalah protokol komunikasi di internet agar lalulintas data lebih aman. Biasanya, fitur https sudah tersedia gratis di hosting yang anda gunakan.

Menggunakan Https sudah diakui oleh Google sebagai salah satu ranking factor. Yah meskipun bobotnya ngga gede sih, tapi lumayan atuh. Lagian tinggal ngaktifin aja ini mah.

Jika menggunakan Https, pastikan url website anda juga cuma bisa di akses dari versi https. Pasang redirect 301, jika ternyata web bisa di akses dari versi non https.

Gunakan satu versi URL (www/tanpa www)

Selanjutnya untuk Url website, pilih apakah akan menggunakan www (misal www.aseplinggis.com), atau tidak. Pastikan juga ntar redirect ke versi yang anda pilih.

Misal anda pilih dengan www. Pastikan url web tanpa www di redirect 301 ke versi www.

Ini untuk menghindari duplikat konten di index Google ntar. Jika kedua versi bisa di akses, ada kemungkinan akan ter-index keduanya. Ntar kedepannya bisa bikin konten website kita lebih sulit ngeranking juga.

Optimasi URL artikel

Rata-rata blog yang saya baca menyarankan url artikel yang ringkas dan penggunaan kata kunci di dalam URL artikel. Saat saya praktek sih, url panjang atau pendek ngga begitu jauh beda hasilnya.

Cuma memang url pendek lebih enak terlihat. Lagian para blogger itu udah tes soal ini, jadi saya manut aja.

Patokan dasar saya untuk url artikel:

  • Deskriptif. Url yang digunakan bisa menggambarkan topik dari artikelnya.
  • Url artikel sesingkat mungkin. Dengan catatan, tetap memperhatikan point di atas. (misal dadangoray.info/maldives-travel-guide).
  • Hindari memasukan waktu dalam url jika tidak diperlukan (tahun, bulan, dll).
  • Jika bisa, sisipkan keyword target dalam url.

Jika menggunakan folder dalam url, tetap perhatikan point di atas. Misalnya saja:

  • dadangoray.com/wisata/bandung/curug-cinulang/
  • odedbius.org/kuliner/bandung/pais-lauk-jaer/

Pilih Url dengan folder atau tidak?

Ini saya pikir perlu diperhatikan dari awal bikin web sih.

Menggunakan folder/kategori dalam url bisa mempermudah indexing, mempermudah pengaturan relevansi topik di web, mempermudah melihat data visitor, dll.

Tapi, bisa bikin ribet juga ntar jika webnya punya banyak artikel dengan topik yang bersilangan. Misal topik kuliner dan wisata, atau topik aplikasi android dan komputer, dll.

Kalau ingin lebih simpel mah, gunakan url standar aja (misal aseplinggis.com/kulkas-samsung/). Ngga pusing kalau ganti kategori atau topik ntar.

Catatan jika merubah URL artikel (Penting!)

Merubah url artikel yang sudah terposting, secara otomatis nge-reset power dari url tersebut. Jika sudah ngeranking, bisa turun atau bahkan hilang dari top 10 di search engine.

Jika menggunakan folder dalam url, merubah kategori artikel juga akan merubah url artikel tersebut.

Jika emang perlu banget untuk merubah url, pastikan pasang redirect 301 dari url lama ke url baru.

Simpan Keyword Target di tempat strategis

Keyword target dalam artikel, buat saya mah wajib disimpan di;

  • Meta title. judul artikel yang muncul di halaman pencarian/search engine
    Url artikel
  • Heading H1. Otomatis di title/judul artikel biasanya.
  • Di dalam artikel. Terutama di paragraf 1-2 pertama, wajib ada.
  • Heading H2 dan H3. Di isi dengan kata kunci tambahan yang jadi sub topik artikel.

Sebisa mungkin keyword target disimpan dibagian-bagian awal meta title, judul/tag H1, dan paragraf pertama. Tapi kalau dirasa rancu dan bikin ribet mah bebas aja sih dibagian mana juga.

Kata kunci di bagian awal artikel dengan konteks kalimat yang tepat, saya pikir penting banget. Ini bisa membuat topik artikel secara langsung diketahui oleh visitor ataupun search engine.

Nah, biasanya artikel hasil beli tidak memperhatikan hal ini. Seringkali 100-200 kata di awal artikel isinya muter-muter panjang ga jelas. Hindari hal ini. Kalau beli artikel dan hasilnya seperti gini, edit aja.

Tambahkan Keyword Modifiers

Keyword modifiers adalah kata atau istilah tertentu yang ditambahkan pada keyword, dan bisa memberikan hasil pencarian yang lebih khusus. Kata atau istilah ini tidak merubah arti dari keyword secara umum.

Nah, keyword modifiers ini beragam sih. Kadang sering di anggap sebagai long tail keyword juga. Sering overlap. Ngga masalah saya pikir ketuker juga. Ngga usah diambil pusing.

Keyword modifiers bisa berupa;

  • Waktu. Bisa hari, bulan, tahun, dll. Misal contohnya di keyword hosting terbaik 2022.
  • Tempat. Bisa kota, area, negara, dll. Misalnya saja kw hosting terbaik Indonesia.
  • Kata tambahan. Misalnya saja terbaik, murah, paling laris, rekomendasi, review, dll.

Dalam prakteknya, kita bisa gabungkan beberapa modifiers. Misalnya saja jadi review hosting terbaik Indonesia paling murah tahun 2021.

Idealnya sih ambil 1-2 modifiers aja. Biasanya kalau lebih dari 2, judul artikel jadi rancu.

Alternatif lainnya, kita bisa gunakan rangkaian kata kunci+modifiers di dalam meta deskripsi aja.

Optimasi Struktur Heading di artikel

Maksudnya disini adalah penggunaan tag heading H1, H2, H3 dan seterusnya di dalam artikel.

Heading idealnya digunakan untuk mengatur struktur hirarki dari topik dalam artikel. Jadi, heading tidak digunakan untuk keperluan styling visual. Bukan untuk mempercantik artikel atau website.

Hirarki yang jelas bisa mempermudah visitor untuk mengerti isi artikel kita. Selain itu, konon katanya, bisa mempermudah Google memahami konten dari artikel kita juga.

Kadang suka ada developer theme atau web yang pakai heading untuk mempercantik tampilan aja.

“eh titlenya kegedean nih, pakai H3 ajalah”

Kadang suka ada yang gitu. Segi styling visual saya pikir mah pakai css aja.

Struktur heading ideal bagi saya mah seperti ini:

Heading H1 digunakan untuk judul artikel

Heading H1 digunakan untuk menjelaskan topik dari artikel yang dibikin secara umum. Simpan kata kunci target disini.

Cukup gunakan satu heading H1 dalam artikel (dalam judul). Biasanya ini udah otomatis sih.

Dari google sendiri, ngga mempermasalahkan mau seberapa banyak heading H1 digunakan dalam artikel. Tapi, kita pakai best practise berdasarkan logika aja; Cukup gunakan H1 dalam judul artikel.

Heading H2 digunakan untuk sub topik

Idealnya, artikel dipecah dalam beberapa sub topik untuk menjelaskan isi artikelnya. Nah, setiap sub topik di awali dengan heading H2.

Gunakan sub topik yang didapat dari Google suggestion, People also ask, related search, atau hasil riset sendiri lainnya.

Heading H3 untuk menjelaskan sub topik

Terkadang, ada sub topik dalam heading H2 yang perlu dipecah lagi dalam beberapa topik. Kita bisa manfaatkan heading H3 untuk ini.

Biasanya, penggunaan heading H2 dan H3 sudah cukup untuk membagi artikel dalam struktur yang jelas. Saya pikir cukup jarang artikel yang perlu sampai menggunakan heading H4.

Menentukan sub topik, saya pikir berkaitan erat dengan riset keyword yang kita lakuin. Secara garis besar, bisa rekan-rekan lihat di bagian optimasi artikel di bawah ini.

Optimasi topik dan keyword dalam artikel

Karena sebagian besar web saya berupa blog, artikel lebih banyak bersifat informatif. Isinya selengkap mungkin.

Berapa panjang artikel minimal?

Ngga ada batasan. Hanya saja biasanya semakin panjang hasilnya semakin bagus juga.

TAPI..

Bukan panjang karena kalimat yang berputar-putar doangan mengejar jumlah kata saja. Lebih ke bahasan artikel yang lengkap, tanpa ngelantur/menyeberang ke topik lain.

Dalam artikel, gunakan keyword target, sinonim keyword (kalau perlu), dan juga variasi penulisan keyword (jika perlu juga).

Cara paling mudah menemukan tambahan topik dan keyword untuk artikel ; Gunakan fitur dari Google search aja.

Google Suggestion

Ketikan topik atau keyword target artikel yang mau dibikin di Google. Lalu klik pada akhir frase keyword di kolom pencarian.

contoh google suggestion di google search

Nanti akan muncul beberapa keyword lain yang disarankan oleh Google.

Selain itu, klik juga pada awal frase, lalu tambahkan simbol * (asterisk). Hasilnya seperti di bawah ini.

contoh google suggestion  dengan asterisk di awal keyword

Anda bisa coba juga dengan mengetikan asterisk (*) di antara kata yang dimasukan di kolom pencarian.

Dari semua query yang muncul, pilih query yang cocok untuk anda jadikan sub topik di artikel.

Bisa anda sisipkan juga dalam artikel, tentunya ngga maksain ya..dan sesuai dengan konteks kalimat.

People also ask / Orang juga bertanya

Dalam keyword tertentu, suka muncul juga fitur People also ask / Orang juga bertanya.

contoh fitur people also ask 1

Fitur ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan topik yang anda cari. Pertanyaan yang muncul, bisa datang dari visitor, atau juga di generate langsung oleh Google.

Klik pada salah satu pertanyaan, nanti akan muncul pertanyaan lain yang berhubungan. Lakukan berulang kali, lalu kumpulkan pertanyaan yang sesuai dengan topik artikel anda.

Kita bisa gunakan pertanyaan ini untuk membuat sub topik, ataupun mengisi bagian khusus pertanyaan dan jawaban di dalam artikel.

Fitur ini berada di bagian bawah hasil pencarian di Google. Biasanya berupa keyword/Query search yang di anggap berkaitan erat juga oleh Google dengan topik yang kita cari.

contoh fitur penelusuran terkait 1

Silahkan catat dan manfaatkan juga untuk artikel yang dibikin.

Hal penting yang perlu diperhatikan

Nah, hal yang perlu diperhatikan jika mau memanfaatkan hasil dari fitur di atas;

  1. Lihat frase atau kata yang di bold (tebal). Frase atau kata ini bisa diasumsikan sebagai kata atau frase yang penting (entity).
  2. Pilih mana yang bisa dijadikan sub topik, dan mana yang digunakan dalam artikel langsung.
  3. Gunakan frase yang pas sebagai sub topik dalam heading H2 atau H3.

Selengkapnya tentang riset kata kunci, bisa di cek aja di tutorial riset keyword.

Tambahan lainnya, kita bisa sekalian optimasi format artikel untuk mengejar featured snippet juga. Lihat disini untuk tutorial featured snippet.

Isi artikel harus bagus dan relevan

Idealnya, artikel yang dibikin ntar memenuhi beberapa hal ini:

  1. Bisa memenuhi kebutuhan atau hal yang dicari visitor.
  2. Layak dijadikan referensi atau link oleh web lain.
  3. Ada media tambahan lain (image, video, dll).
  4. Relevan dengan topik (nyambung).
  5. Dibuat dalam format yang enak dibaca.
  6. Bukan hasil copy paste. Ini hal umum, tapi ada aja sih yang copy paste artikel, terus ngeluh kenapa artikelnya ngga naik rankingnya.

Yah minimalnya point 1 aja deh.

Gunakan keyword hasil riset pada point sebelumnya. Susun dalam struktur topik yang jelas, lalu bikin artikelnya tanpa banyak ngelantur mainin kata biar panjang.

Relevan disini maksudnya, artikel yang ditulis sesuai dengan tujuan utama topiknya.

Misal tentang Danau Toba di atas. Jika kita mau bikin artikel Danau Toba dengan topik wisata, pilih dan gunakan sub topik yang sesuai. Ngga perlu membahas secara detail proses terbentuknya Danau Toba, sedimentasi, jenis ikan, habitat, dll.

Kalau bikin artikel Danau Toba dengan topik vulkanologi, tentu beda lagi sub topik yang digunakan.

Tambahkan Table of Content jika perlu

Jika cocok dengan isi artikelnya, bisa tambahkan juga Table of Content, atau daftar isi. Table of content disini biasanya berupa susunan sub topik dalam artikel, beserta link langsung ke bagian sub topik tersebut.

contoh table of content dalam artikel
contoh table of content di artikel ini

Keuntungan dari menambahkan table of content dalam artikel:

  • Memudahkan visitor melihat dan menemukan topik yang dicari.
  • Memperbesar peluang mendapatkan sitelink di level artikel, pada halaman pencarian di Google. Artikel kita jadi lebih terlihat beda dengan yang lain.
  • Biasanya bisa memperbanyak keyword yang diranking oleh artikel juga.

Kekurangan dari adanya table of content yang saya rasain; bisa mengurangi potensi penghasilan dari iklan display ads (misal adsense).

Saat visitor klik link pada table of content, ada kemungkinan iklan di dalam artikel dilewatin, dan tidak terhitung jadi impresi.

Table of content di wordpress, bisa dibikin secara manual atau otomatis dengan menggunakan plugin.

Reading Level artikel sesuai dengan target visitor

Reading level disini maksudnya adalah kosa kata yang digunakan dalam artikel sebisa mungkin disesuaikan dengan target visitor dari web kita.

Misalnya kita bikin artikel tentang cara riset keyword. Target visitor kita adalah blogger pemula yang baru belajar.

Penulisan artikel cara riset keyword nantinya sebisa mungkin disusun dengan bahasa yang sederhana. Sebisa mungkin hindari penggunaan istilah khusus yang spesifik banget (misal schema, entity, dll). Jika menggunakan istilah tertentu, sertai dengan penjelasan singkat.

Ini menyesuaikan dengan level visitor target artikelnya. Visitor pemula, cenderung belum mengerti istilah dan teknik khusus, jadi perlu diberi penjelasan lebih lanjut.

Beda lagi kalau target visitornya adalah expert dalam bidangnya. Kita bisa bebas menggunakan istilah teknis yang lebih khusus, tanpa harus disertai penjelasan tambahan.

Contoh simpelnya seperti blog ini aja sih kayaknya.

Sebagian besar artikel di blog ini lebih ditujukan untuk blogger aktif, bukan pemula. Jadinya banyak artikel dengan istilah yang lebih spesifik, tanpa disertai keterangan tambahan. Saya asumsikan udah pada ngerti tentang istilah tersebut.

Nah, saya pikir ntar reading level artikel akan berhubungan juga dengan hal di bawah ini;

Depth of Content / Kedalaman pembahasan

Kedalaman pembahasan topik dalam artikel bisa disesuaikan dengan target visitornya juga.

Misal target visitor pemula, bisa diberikan artikel yang lebih umum. Biasanya untuk target pemula, artikelnya membahas hal yang umum, luas, tapi cenderung hanya sekilas.

Target visitor medium atau expret, biasanya pembahasan artikel cenderung lebih spesifik. Tapi penjelasannya sedetail mungkin.

Misalnya aja topik cara optimasi SEO On Page ini.

Saya pikir untuk target umum, bahasan di artikel ini sudah cukup. Tapi jika saya ingin target yang lebih spesifik, saya bisa lebih fokus ke hal lain. Misalnya segi schema markup dan entity.

Optimasi Meta Title Dan Meta Deskripsi

Meta title adalah judul artikel kita yang ditampilkan Google di halaman pencarian. Sedangkan meta deskripsi adalah penjelasan atau deskripsi singkat isi artikel yang muncul di halaman pencarian Google.

Gunakan meta title yang menarik, singkat, padat, dan jelas. Meta deskripsi juga manfaatkan semenarik mungkin buat menarik klik pengunjung.

Misal ;

contoh meta title dan meta deskripsi

Tips ;

  • Lihat iklan adwords yang muncul di atas/bawah halaman hasil pencarian. Ambil, gabungkan, edit meta title dan meta deskripsi iklan tersebut kalau perlu. Gunakan di artikel kita. Biasanya, iklan-iklan ini udah melalui proses optimasi, A-B testing, dan sejenisnya.. lumayan kan? kita tinggal copy aja.
  • Jika perlu, pasang dan setting juga rich snippet dalam artikel.
  • Untuk web jualan/bisnis lokal, bisa sekalian sisipkan kontak di meta title (no telepon, wa, dll) atau di meta deskripsi, disertai dengan call to action singkat. Beda dengan blog, biasanya buat bisnis lokal, call to action singkat-padat-jelas lebih bagus hasilnya.

Optimasi Image dalam artikel

Salah satu yang sering bikin lemot loading website, adalah image dalam artikel. Usahakan image yang digunakan sekecil mungkin size nya.

Misalnya aja untuk blog, kayaknya ngga perlu kita pasang image ukuran lebar 2000 pixel. Saya pikir, ukuran lebar 800-1000 pixel udah lebih dari cukup. Resize image ke ukuran yang sesuai, lalu compress dengan software, plugin, atau layanan online.

Di wordpress bisa menggunakan plugin semacam smushit atau manual pakai layanan online semacam tinypng.com. Alternatifnya bisa juga pakai software free semacam Caesium.

Tambahan optimasi image lainnya:

  • Nama file image bisa menggunakan keyword target
  • Jangan lupa isi ALT image saat upload nanti. Isi dengan keyword target dan deskripsi singkat tentang image.
  • Caption bisa di isi juga dengan keterangan yang nyambung (jika perlu).

Image Aspect Ratio dan Format

Format image, bisa gunakan format webP aja untuk website mah. Sekarang, browser terbaru dan Wordpress udah mendukung file image webp. Selain itu, ukuran webP biasanya lebih kecil dari format image lain.

Alternatifnya, gunakan format standar seperti JPG untuk image dalam artikel, dan PNG atau SVG untuk logo.

Untuk Aspect ratio image, saya pikir mah bisa gunakan aspect ratio 16×9, 1×1, atau 4×3. Sejauh ini yang saya rasakan, image dengan aspect ratio di atas lebih mudah masuk ke Google image search atau image pack di halaman hasil pencarian.

Pakai Homepage statis atau dinamis?

Tergantung selera sih ini mah.

Homepage statis adalah homepage website yang berisikan satu artikel langsung. Sedangkan homepage dinamis adalah homepage website yang berisikan bagian yang berubah secara aktif. Misalnya saja ada bagian artikel terbaru, komentar, artikel terbaru dari kategori tertentu, dll.

Saya biasanya pakai jenis homepage statis kalau main di micro niche, dengan keyword utama yang akan dinaikan ada di homepage.

Jika homepage statis:

  • Isi dengan konten cukup detail dan lengkap. Idealnya di atas 1000 kata.
  • Di dalamnya ada internal link ke artikel pendukung/artikel pillar lain secukupnya.
  • cocok buat web micro niche dengan domain EMD atau PMD, misal scannerterbaik.com.

Buat saya pribadi, ini salah satu hal yang paling diperhatikan. Internal link bisa membantu website kita mencapai target ranking lebih cepat.

Link dalam internal link disini mengacu pada link yang terdapat di dalam artikel. Bukan link di header, footer, sidebar, menu, related post, dan sejenisnya.

Idealnya, internal link digunakan oleh artikel yang masih dalam satu kategori bahasan yang sama. Biasanya, internal link yang dibikin manual lebih bagus dari otomatis.

Kalau mau otomatis bisa pakai plugin semacam inline related post.

Kalau mau rada ribet, bisa menggunakan skema silo struktur. Beberapa bahasan tentang internal link bisa dilihat di artikel tutorial internal link

Ini banyak pendapat yang berbeda sih. Ada yang menyarankan, ada yang tidak.

Saya termasuk yang menyarankan untuk memberikan link ke artikel di web lain dari dalam artikel kita.

Tapi, link yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan aja. Misal, di artikel ada bahasan tentang rich snippet. Kita ngga bahas secara rinci di artikel, bisa kita berikan link ke artikel rich snippet di Google developer.

Atau, di artikel ada pembahasan tentang tempat wisata yang dibuka di Bali untuk tourist asing. Kita bisa berikan link sumber ke artikel berita di Detik.com, atau Indonesia.travel misalnya.

Contoh lainnya, dalam artikel ada menyinggung Ahrefs dan Semrush. Kita bisa sisipkan link ke masing-masing websitenya.

Rule yang biasa saya gunakan dalam membuat eksternal link dalam artikel:

  • Pilih website besar dengan niche yang sama dengan web kita. Paling tidak, niche webnya nyambung.
  • Tidak memberikan link ke website kompetitor langsung web kita.
  • Tambahkan link ke web lain hanya jika perlu saja.

Asumsi saya mah, memberikan link ke web besar lain yang satu niche dengan website kita, bisa memberikan sinyal kuat kalau web kita ada dalam kelompok niche yang sama.

Jika mau, hal ini bisa lebih diperkuat lagi dengan menggunakan schema markup tertentu.

Gunakan Schema Markup di website

Schema Markup adalah kode yang membantu search engine (Google, Bing, dll) untuk lebih mengerti konten dari website dan menampilkannya di hasil pencarian.

Kalau pendapat saya mah ada dua tipe schema markup;

Rich Snippet

Rich Snippet adalah jenis schema markup yang menghasilkan tampilan visual yang berbeda, lebih detail, dibandingkan dengan url lain di halaman hasil pencarian.

Contohnya seperti di bawah ini.

contoh rich snippet

Tampilan dua artikel di atas beda dengan yang lain. Ada Star rating, Faq, juga list harga langsung di hasil pencarian. Tampilan seperti ini tentu lebih mengundang buat di klik kan ya?

Kita bisa pasang schema markup yang menghasilkan rich snippet di website dengan plugin, atau secara manual. Kalau ga mau ribet mah pakai plugin aja. Biasanya plugin SEO sudah menyertakan fitur ini.

Jenis schema markup yang menghasilkan rich snippet di Google, bisa dilihat di halaman ini.

Schema Markup tanpa tampilan visual

Jenis schema markup ini lebih ditujukan untuk memberikan informasi ke search engine tentang artikel kita. Informasinya bisa berupa keyword, deskripsi, dll.

Biasanya, plugin SEO secara default menambahkan schema markup standar seperti schema markup article, blogposting, organization, collectionpage, dan sebagainya.

Nah, jika iseng, ada waktu luang, dan penasaran, saya pikir layak dipertimbangkan untuk mempelajari schema markup jenis ini juga. Ntar bisa jadi gerbang awal mengenal entity (terutama named entity), cara pemanfaatannya, dan technical seo lainnya. Tapi ya itu sih, ga jamin bikin web lebih naik trafik dan rankingnya..wkwkk

Fresh Content

Fresh content disini, tidak hanya mengacu ke artikel-artikel baru aja. Tapi juga termasuk update artikel lama. Jadi, bukan hanya posting artikel baru di website doangan.

Pernah ngalamin artikel yang ngeranking perlahan-lahan turun rankingnya?

Seringkali kasus seperti ini bisa di atasi dengan update konten aja. Kita bisa lakukan:

  • Update isi artikel aja.
  • Update isi artikel dan tanggal posting.

Kalau bisa mah lakukan update secara berkala di artikel-artikel utama. Misal 3 atau 6 bulan sekali. Jika menggunakan keyword modifiers waktu, pastikan sesuai juga dengan waktu sekarang.

Saya sering menemukan artikel di halaman pertama Google dengan judul xxx terbaik 2020, padahal sekarang udah 2021. Biasanya ranking artikel tersebut bisa naik dengan cepat kalau konten dan title diupdate ke informasi terbaru di 2021.

Penutup

Kira-kira begitulah garis besar cara optimasi SEO On Page yang biasa saya lakuin. Masih ada yang kelewat sih, tapi terlalu teknis dan artikel ini udah terlalu panjang..wkwk

Insya Allah saya bahas ntar di artikel lain.

11 pemikiran pada “Cara Optimasi SEO On Page (Teknik & Contoh Lengkap)”

    • maksudnya si kata atau frase itu oleh google di anggap berhubungan erat dengan keyword yg kita pakai saat searching. Ini bisa berupa kata/frase yang sama dengan yg kita pakai, tapi sering juga muncul kata/frase yang berbeda

      Balas

Tinggalkan komentar